Selasa, 07 Juni 2011

JAR TEST


JAR TEST
Tujuan percobaan pengolahan air secara fisik adalah mempelajari proses pemisahan padatan tersuspensi (suspended solid) dari air parit di samping jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS dengan metode jartest menggunakan koagulasi dan flokulasi dan metode sand filter dengan parameter yang di uji yaitu pH, TDS, TSS, dan alkalinitas.
A. Pengolahan Secara Fisik (sand filter)
Pengolahan secara fisik seperti saringan, pengendapan karena beratnya :
·         Memisahkan padatan yang kasar
·         Memisahkan padatan yang terapung
·         Memisahkan minyak dan lemak
1. Memisahkan padatan yang kasar
Pasir lumpur dapat diendapkan tanpa penambahan bahan kimia (koagulasi dan flokulasi) dalam bak pengendap.
2. Memisahkan padatan yang terapung
          Plastik dan zat-zat yang organik sering dijumpai pada air permukaan terutama yang melewati pemukiman penduduk. Untuk memisahkan digunakan scren maupun bak penampung dengan mengatur pengeluaran exfluen di bawah permukaan air dan kotoran yang terapung dapat dipisahkan secara manual maupun mekanis.
3. Memisahkan minyak dan lemak
          Merupakan kontaminan yang sangat mengganggu dalam penggunaan kebutuhan industri. Untuk memisahkan dengan cara skimming atau floatation.
Filtrasi
          Air yang keluar dari proses  flokulasi yang masih mengandung flok-flok halus masih memerlukan penyaringan melalui suatu media yang berpori dimana flok atau padatan tertapis, sedangkan air jernih diteruskan.
Efektivitas proses filtrasi (sand filter) tergantung dari :
-      rate filtrasi
-       ukuran filter media
-       susunan media filter
-       tinggi atau kedalaman (bed) filter
Macam-macam Filter/ sand filter
          Menurut cara kerjanya filter dapat digolongkan sebagai :
a. Gravity Filter
      Merupakan filter yang terbuka (tekanan atmosfer)dengan filter medium adalah lapisan pasir halus dan kasar setinggi 60-90 cm air turun melalui filter bed ini.
      Air yang tersaring mengalir melalui under draining system (pematusan) dan di alirkan ke penampung air bersih. Untuk membersihkan unit tersebut, air dialirkan ke atas melalui pematusan dan melalui bed. Benda padat yang tertahan pada pori-pori maupun permukaan bed akan terbuang. Kadang-kadang udara juga dipakai sebagai pengaduk medium.
(Subyakto,1997. Hal III-22)
b. Pressure Filter
          Pada dasarnya, presure filter sama saja dengan grafity filter. Hanya tipe ini dilakukan dalam tangki tertutup dimana air dipaksa melalui bed dengan tekanan yang cukup tinggi.
          Untuk filter medium selain pasir juga digunakan kerikil dengan ketinggian antara lain:
§  Lapisan kerikil = 20 – 50 cm
§  Lapisan pasir   = 45 – 75 cm
Untuk industri, tipe yang ini lebih umum digunakan dibanding grafity filter, karena berbagai alasan:
t  Kecepatan aliran lebih besar untuk luas bed yang sama
Areal yang didunakan lebih kecil
Turbidity
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti: lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat – zat halus lainnya. Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan yaitu : hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Tidak dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis zat suspensi, karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butir.
(Santika, 1984. Hal 96)
Keruh dinyatakan untuk air yang mengandung suspensi. Kekeruhan terjadi karena suspensi material. Suatu air tampak keruh karena mengandung suspensi material. Kekeruhan terjadi dari alga yang mati atau organisme lain. Ini umumnya disebabkan karena adanya endapan Lumpur atau tanah liat. Macam dan karakter dari turbidity tergantung pada tipe tanah. Ketika air berlebih, berat dan besar partikel suspensi akan cepat mengendap. Air tanah akan menjadi bersih jika turbidity disaring.
(Santika, 1984. Hal 96)
Turbiditas menurut ASTM adalah penunjukan sifat optikal sampel yang menyebabkan sinar cahaya berhamburan dan diserap untuk kemudian dipindahkan dalam suatu garis lurus melalui sampel.
(Santika, 1984. Hal 96)

 

E. Proses koagulasi-flokulasi

a.    Proses koagulasi : Proses dimana ion-ion dengan muatan yang berlawanan  dengan muatan koloid, dimasukkan ke dalam cairan sehingga meniadakan kestabilan koloid.
b.   Proses flokulasi : Penggumpalan dan atau adsorpsi koloid yang telah mengalami koagulasi membentuk flok yang padat yang mudah mengendap.
          Pada proses awal (koagulasi), koagulan ditambahkan dengan disertai pengadukan cepat untuk mendapatkan homogenitas dari larutan dan diikuti dengan proses pengadukan lambat (8-10 rpm), dimana koagulan akan menetralkan muatan koloid, sehingga partikel ini dapat membentuk gumpalan (inti flok), yang selanjutnya bergabung menjadi partikel-partikel lebih besar yang lebih cepat mengendap dan proses ini dinamakan sebagai flokulasi. Partikel dengan ukuran 1,0 mm-10 mm dapat diklasifikasikan koloid.

1 komentar: