Selasa, 07 Juni 2011

SANITASI


SANITASI
Tujuan: Untuk mengukur pH, kandungan TDS, total hardness, Ca hardness, P-alkalinitas, M- alkalinitas dalam suatu  sampel air isi ulang Depo Aquatis dan Depo Tirta keputih.
Sanitasi adalah semua tindakan yang ditunjukkan untuk memelihara kesehatan dan kebersihan lingkungan atau semua hal yang berhubungan dengan kesehatan dan kebersihan serta usaha-usaha untuk mempertahankan dan memperbaikinya.
Pada setiap kegiatan sanitasi, dikenal 4 tahap penting yang harus dilaksanakan yaitu :
1.  Pembasahan
2.  Pelarutan
3.  Pembilasan
4.  Sanitizing (kegiatan saniter)
A. Macam-macam Sanitasi
1. Saniatsi Uap
Sanitasi uap menggunakan uap mengalir 76,7oC selama 15 menit atau 93,3oC selama 5 menit. Sanitasi uap dapat dilakukan untuk sanitasi bahan dan peralatan misalnya dengan menggunakan Autoklaf.
2. Sanitasi Air Panas
Sanitasi ini dilakukan dengan merendam alat atau bahan dalam air panas (peralatan kecil seperti pisau, piring, wadah yang berukuran kecil), dengan menggunakan suhu diatas 80oC (bukan dengan cara menuang air panas/membilas karena tidak efektif). Efek yang ditimbulkan karena denaturasi molekul protein sel mikroba.
3. Sanitasi Udara Panas
Sanitasi ini menggunakan suhu panas 82,2oC selama 20 menit. Sanitasi ini biasanya digunakan untuk sterilisasi alat (Sterilisasi kering) yaitu dengan menggunakan oven.
4. Sanitasi Radiasi
Sanitasi ini yaitu dengan pemanfaatan sinar UV atau sinar γ dengan panjang gelombang 2500 A, dimana harus berkontak dengan mikroba minimal 2 menit.
5. Sanitasi Kimia
Sanitasi kimia yaitu menggunakan bahan kimia untuk membunuh mikroba. Umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus - COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus - X; golongan fenol, golongan garam amonium, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.
Efektifitas sanitasi kimia dipengaruhi oleh :
  1. Waktu kontak (minimum 2 menit)
  2. Suhu optimum (21,1-37,8Oc), jika lebih tinggi maka akan menguap (yodium) dan bersifat korosif (klorin), dan jika lebih rendah maka tidak efektif.
  3. pH optimum 6-7, tidak efektif pada pH yang basa.
  4. Kebersihan alat
  5. Kesadahan air (mempengaruhi pH, air sadah bersifat basa dan bersifat korosif.
  6. Kontaminasi agen lain (misalnya deterjen)
Untuk produk pangan segar, pencucian dapat menurunkan potensi bahaya akibat mikroorganisme. Pencucian atau pembilasan sayuran dapat menghilangkan kotoran dan kontaminan lainnya. Pencucian dapat dilakukan dengan air, deterjen, larutan bakterisidal seperti klorin dan lain-lain.
DESINFEKTAN
Memasak air sampai mendidih
b. Proses Desinfektan dengan cara Kimia
c. Proses Ozonasi dan Ultraviolet.
Proses Ozonasi adalah kandungan oksigen di udara, diambil dan dilewatkan melalui loncatan arus listrik sehingga secara alami akan berubah menjadi zat bernama ozon. Ozon ini kemudian disemprotkan ke dalam air. Segala macam makluk hidup mikro yang terkandung dalam air ini tiba- tiba akan berada dalam lingkungan air yang penuh dengan ozon, sehingga sel-sel mereka menjadi rusak dan mati. Daya rusak ozon terhadap kandungan makluk hidup mikro dalam air ini tentunya tergantung dari daya kelarutan ozon dalam air tersebut, yang tentunya tergantung dari kandungan oksigen dalam air tersebut karena pada dasarnya ozon hanya menempati tempat-tempat kosong yang seharusnya diisi oksigen. Karena ozon sendiri cukup berbahaya bagi tubuh manusia bila masuk ke dalam tubuh, maka setelah membunuh makluk hidup mikro, dilakukan proses pemberian sinar ultra-violet kedalam air yang mengalir untuk merusak ozon dan mengurainya menjadi oksigen kembali yang terlarut dalam air. Ada juga beberapa proses desinfektan hanya dengan cara pemberian sinar ultra-violet pada air yang mengalir. Karena sinar ultra-violet ini bersifat membakar bagi makluk hidup mikro yang terkandung dalam air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar